“Siapa yang paling lo yakin di bagian ini?”
“Lo.” Jawab sahabatku dgn rokok yang kandas di penghujung bibirnya.
“Kenapa lo yakin gue?”
“Karena lo gak pernah bohongin ambo
Jawabannya membuatku tersenyum, lalu tertawa geli. telah sehebat itu keyakinannya bahwa saya tidak sempat membohonginya.
“Tahu darimana gue gak pernah bohongin lo?”
“Just believe. Faith.”
“Kamu yakin Tuhan itu ada?”
Dia berdiam diri kali ini. laki laki setinggi 187 centi meter bersama tidak sedikit tattoo menyudahi tubuhnya dan beberapa tindikan di wajahnya, kata - kata diam seketika saat ku tanya keyakinannya hal Tuhan. dirinya membawa rokok yg terbengkalai di cerita penutup bibirnya, menjempitnya di sela jari-jari lalu menghembuskan sisa asap rokok ke udara.
Dia tersenyum mungil menatapku dgn perhatian “ayolah”. mata kecoklatan itu kelihatan lowong tidak ada ampas kelebihan kehidupan disana.
“Sepertinya sudah berapa kali ane ngasih tahu lo aspek ini.” menurutnya bersama senyum yg memilukan.
“Mungkin setelah menahun lo mampu yakin pun Ayo ikut, gue ingin tunjukin benda ke lo.”
Kami berjalan menapak jejak sekian banyak hunian penduduk dia kembali menyertakan langkahku, sekian banyak pasang salah lihat yg membaca contoh cerita pendek lumayan empot-empotan kiranya lantaran penampilannya yg nampak amat serupa dgn preman.
“Kita mau kemana?”
“Ke lokasi di mana lo mampu yakin Tuhan itu senantiasa ada.”
Dia terbahak geli mendengar ucapanku. Langkahnya mundur dengan malas saya dulu berhenti disebuah hunian kecil ku minta ia membekukan rokoknya. Di depan hunian itu bersila satu orang gadis kecil dgn lihat kosong.
“Ngapain kesini?”
“Ngobrol.”
“Assalamu’alaykum.” Ucapku menyapa perawan kecil termasuk yg lagi menikmati hawa sore.
“Wa’alaykum salam kak Yayat. menyusup kak.” Kata tersenyum senang.
Sahabatku sekian banyak kali menyenggol lenganku berikan tanda bahwa ia tidak mau menyamar aku mulai bertanya ini itu buat perawan mungil itu, sahabatku cuma melihat tak mempedulikan abdi lihat matanya baru fokus bagi saya kala perawan itu sejak mulai membeberkan wahid jam lebih aku mengakhiri ketika cuma pada ngobrol.
“Jadi masih yakin Tuhan itu gak saksama Tanyaku buat sahabatku.
“Well okay, saya ikut ke pesantren lo.” jelasnya kemudian.
Aku tersenyum sukacita gadis kecil itu sampai menggoda hatinya. diterima membuatnya perlahan yakin bahwa Tuhan senantiasa ada, senantiasa memperhatikannya. Empat th lebih ku habiskan waktuku terhadap membujuknya dan wahid jam dia mendengarkan kisah anak kecil buta termuat lantas ingin mencoba untuk tengah di pesantren.
“Lo tahu gak petunjuk Tuhan simpati persis lo?” Tanyaku pada perjalanan menuju pesantren.
“Apa?”
“DIA tampilkan proses pada membuatmu jadi lebih baik
Komentar
Posting Komentar