Begitu melihat Abdul yang sudah berdiri di depan gapura Sari serta-merta mencium tangan ibu bapaknya yg hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala kepada sohib sepermainannya itu dia berbicara sesudah ini kita jemput Rini, ya!” sambil menariknya dan cepat berlalu. alamat belakang terliat gimana ke dua buyung itu demikian tidak serupa Sari yang biarpun mengambil tas punggung bermutu buku tulis bergaris pada latihan posting buku sketsa yg tengah 4 lembar boks pensil yang penuh bersama pensil corak yg tengah seputar pun bekal nasi dan sebotol air sejamaknya cukup banyak buat entong tingkatan 2 SD kayaknya tetap berjalan sampai-sampai dengan bernyanyi dan meloncat-loncat. sepanjang masa dia menyapa beberapa insan yang lewat seperti Ibu Ana yg baru saja pulang semenjak pasar, Pak Aji yang akan bertolak ke sawah atau Mbak Diah yg sedang ingin pergi ke sekolah dirinya baru saja menyelinap 3 bulan yang lalu dan begitu berperangai sedangkan Abdul makin terseok-seok dan terbengkalai di belakang walau beliau hanya membawa sebatang pensil dgn buntalan karet untuk segi atasnya yang bertengger rapi di saku bajunya.
Sari yang sudah jauh di depan menghampirkan langkahnya lalu berteriak dgn mengatupkan tangannya yang di wujud seperti corong di sekitar mulutnya, “Ayo Duulll kelak kita terlalu siang mengikuti Rini. kelak kita kesiangan upacara jugaa,” Abdul yg memang tak ingin berangkat ke sekolah terus saja berjalan dengan lambat seolah siput sambil memasukkan tangannya ke dekat saku lancingan jikalau tidak lantaran ibunya tak bakal dia bangun pagi-pagi dan berangkat ke hunian Sari kepada pergi dgn ke sekolah.
Cerewet, Abdul meggumam guna dirinya sendiri ia cuma ganjar teriakan Sari dgn renungan enggan yg semenjak ruang Sari berdiri tidak berarti apa-apa dulu berjalan berulang selambat siput. tempo-tempo dia menghasilkan langkahnya seolah memang lah rumit maka terdengar nada sepatunya yang menarik langsung Abduuuul,” Sari berkata terus dulu memasang tangannya tinggi dan berkata “Atau gundumu tak dapat ku kembalikan,” sambil berlari secepatnya menghindari Abdul yg baru saja siuman setelah merogoh kantongnya lebih seksama dan mengejarnya.
Sari yang sudah jauh di depan menghampirkan langkahnya lalu berteriak dgn mengatupkan tangannya yang di wujud seperti corong di sekitar mulutnya, “Ayo Duulll kelak kita terlalu siang mengikuti Rini. kelak kita kesiangan upacara jugaa,” Abdul yg memang tak ingin berangkat ke sekolah terus saja berjalan dengan lambat seolah siput sambil memasukkan tangannya ke dekat saku lancingan jikalau tidak lantaran ibunya tak bakal dia bangun pagi-pagi dan berangkat ke hunian Sari kepada pergi dgn ke sekolah.
Cerewet, Abdul meggumam guna dirinya sendiri ia cuma ganjar teriakan Sari dgn renungan enggan yg semenjak ruang Sari berdiri tidak berarti apa-apa dulu berjalan berulang selambat siput. tempo-tempo dia menghasilkan langkahnya seolah memang lah rumit maka terdengar nada sepatunya yang menarik langsung Abduuuul,” Sari berkata terus dulu memasang tangannya tinggi dan berkata “Atau gundumu tak dapat ku kembalikan,” sambil berlari secepatnya menghindari Abdul yg baru saja siuman setelah merogoh kantongnya lebih seksama dan mengejarnya.
Komentar
Posting Komentar